Winter
Sleep (2014)
Genre :
Drama
Imdb Rating : 8.4
Director : Nuri
Bilge Ceylan
Stars : Haluk
Bilginer, Melisa Sözen, Demet Akbag
Not
seeing a man for what he is, idolizing him like a god, and then being mad at
him, because he's not a god. Do you think that's fair? ~
Aydin
Dari keindahan topografi
Cappodicia, Anatollia, Turki, terdapat sebuah kehidupan sosial yang tentunya
mempunyai permasalahannya sendiri. Lingkungan sosial tersebut sangat indah,
namun dibalik keindahan tersebut ada sebuah kemisikinan, dan tentu saja ada
juga sebuah kemakmuran yang dimiliki oleh penduduk disana. Yang makmur salah
satunya adalah, Aydin, pria tua yang banyak menyewakan sejumlah tempat huni
bagi banyak penduduk disana. Strata sosial yang mencolok antara Aydin dengan
masyarakat lainnya yang hidup disana, membuat Aydin menjadi arogan. Walaupun penggambaran
sifat arogan tersebut tidak seperti arogansi yang digambarkan oleh perfilman
lainnya. Aydin hanya tampak ingin memperlihatkan kedudukannya yang lebih tinggi
dibanding orang lain. Hanya sebatas itulah kekejaman arogansi yang
diperlihatkan Aydin kepada yang lainnya, tanpa harus memasang wajah dingin yang
tidak bersahabat.
Tidak hanya
kepada orang lain di luar rumahnya, dia juga memakai sifat arogansi nya kepada
keluarganya, yang terdiri dari istrinya yang masih muda, Nihal, dan saudara
perempuannya yang baru saja bercerai, Necla. Aydin memandang rendah pemikiran
yang keluar dari kepala Nihal dan Necla. Walaupun Nihal dan Necla adalah sosok
perempuan yang cerdas, tetapi Aydin tetap tidak mau menerima ide-ide yang
mereka utarakan kepada Aydin. Aydin adalah sosok lelaki yang tidak mau mendengar.
Film ini
memperlihatkan sesosok monster yang menyerang dengan lisan dan sifat
arogansinya kepada seluruh warga disana ,tidak terkecuali kepada keluargannya
sendiri. Kesengsaraan yang mereka terima dari monster itu sangat pedih walaupun
tidak menyerang fisik mereka. Ditambah cuaca musim dingin yang mengisolasi
mereka bersama monster yang terdapat pada diri Aydin.
Pembangunan
karakter dan suasana konflik pada film ini memang agak sedikit lama dan
membosankan. Tetapi mungkin saja itulah yang ingin film ini sampaikan, sebuah
kebosanan ketika kita menghadapi orang semacam Aydin. Serangan psikis yang
seringkali film ini tunjukan memang sangat nyata dan tidak berlebihan. Tetapi tetap
kepedihan akan serangan tersebut sangat terasa. Bagaimana sebuah bantuan
menjadi sangat menyakitkan, dan bagaimana sebuah penerimaan maaf menjadi sangat
perih diterima. Itulah menunjukan bahwa sifat arogansi sangat bisa membunuh.
Akting yang
sangat natural ditunjukan oleh seluruh cast
pada film ini. Menjadikan film ini menjadi lebih realistis dan tidak
berlebihan. Semua cast telah
memerankan dengan baik karakternya yang juga telah mewakili kemajemukan
kehidupan sosial ditempat terpencil. Mereka berhasil mentransferkan kebosanan,
kesendirian, dan juga tertekan bagaimana hidup didaerah terpencil. Dan juga ada
beberapa sesi dalam film ini yang tampak sangat artistik. Seperti ketika Aydin
meminta bawahannya untuk menjinakan seekor kuda liar dengan landscape yang sangat indah. Bagi saya
sesi itu merupakan sebuah analogi bagaimana Aydin mencoba untuk menjinakan
semua orang disekitarnya. Bagaimana hal itu menggambarkan bahwa Aydin adalah
sebuah penguasa yang dapat memandang rendah orang dihadapannya.
Film yang
indah dengan setting tempat yang
mempesona mata, dan dengan cerita dan akting yang mengagumkan. Banyak nilai-nilai
yang didapat. Dan sangat baik untuk dinikmati.
Philanthropy
isn't tossing a bone to a hungry dog, it's sharing when you are just as hungry.
~
Nihal
bakal coba nonton nnti
BalasHapusElever Agency