Jumat, 22 Mei 2015

Winter Sleep (2014)

Winter Sleep (2014)



Genre              : Drama
Imdb Rating    : 8.4
Director           : Nuri Bilge Ceylan
Stars                : Haluk Bilginer, Melisa Sözen, Demet Akbag

Not seeing a man for what he is, idolizing him like a god, and then being mad at him, because he's not a god. Do you think that's fair? ~ Aydin
Dari keindahan topografi Cappodicia, Anatollia, Turki, terdapat sebuah kehidupan sosial yang tentunya mempunyai permasalahannya sendiri. Lingkungan sosial tersebut sangat indah, namun dibalik keindahan tersebut ada sebuah kemisikinan, dan tentu saja ada juga sebuah kemakmuran yang dimiliki oleh penduduk disana. Yang makmur salah satunya adalah, Aydin, pria tua yang banyak menyewakan sejumlah tempat huni bagi banyak penduduk disana. Strata sosial yang mencolok antara Aydin dengan masyarakat lainnya yang hidup disana, membuat Aydin menjadi arogan. Walaupun penggambaran sifat arogan tersebut tidak seperti arogansi yang digambarkan oleh perfilman lainnya. Aydin hanya tampak ingin memperlihatkan kedudukannya yang lebih tinggi dibanding orang lain. Hanya sebatas itulah kekejaman arogansi yang diperlihatkan Aydin kepada yang lainnya, tanpa harus memasang wajah dingin yang tidak bersahabat.
            Tidak hanya kepada orang lain di luar rumahnya, dia juga memakai sifat arogansi nya kepada keluarganya, yang terdiri dari istrinya yang masih muda, Nihal, dan saudara perempuannya yang baru saja bercerai, Necla. Aydin memandang rendah pemikiran yang keluar dari kepala Nihal dan Necla. Walaupun Nihal dan Necla adalah sosok perempuan yang cerdas, tetapi Aydin tetap tidak mau menerima ide-ide yang mereka utarakan kepada Aydin. Aydin adalah sosok lelaki yang tidak mau mendengar.
            Film ini memperlihatkan sesosok monster yang menyerang dengan lisan dan sifat arogansinya kepada seluruh warga disana ,tidak terkecuali kepada keluargannya sendiri. Kesengsaraan yang mereka terima dari monster itu sangat pedih walaupun tidak menyerang fisik mereka. Ditambah cuaca musim dingin yang mengisolasi mereka bersama monster yang terdapat pada diri Aydin.
       Pembangunan karakter dan suasana konflik pada film ini memang agak sedikit lama dan membosankan. Tetapi mungkin saja itulah yang ingin film ini sampaikan, sebuah kebosanan ketika kita menghadapi orang semacam Aydin. Serangan psikis yang seringkali film ini tunjukan memang sangat nyata dan tidak berlebihan. Tetapi tetap kepedihan akan serangan tersebut sangat terasa. Bagaimana sebuah bantuan menjadi sangat menyakitkan, dan bagaimana sebuah penerimaan maaf menjadi sangat perih diterima. Itulah menunjukan bahwa sifat arogansi sangat bisa membunuh.
        Akting yang sangat natural ditunjukan oleh seluruh cast pada film ini. Menjadikan film ini menjadi lebih realistis dan tidak berlebihan. Semua cast telah memerankan dengan baik karakternya yang juga telah mewakili kemajemukan kehidupan sosial ditempat terpencil. Mereka berhasil mentransferkan kebosanan, kesendirian, dan juga tertekan bagaimana hidup didaerah terpencil. Dan juga ada beberapa sesi dalam film ini yang tampak sangat artistik. Seperti ketika Aydin meminta bawahannya untuk menjinakan seekor kuda liar dengan landscape yang sangat indah. Bagi saya sesi itu merupakan sebuah analogi bagaimana Aydin mencoba untuk menjinakan semua orang disekitarnya. Bagaimana hal itu menggambarkan bahwa Aydin adalah sebuah penguasa yang dapat memandang rendah orang dihadapannya.
            Film yang indah dengan setting tempat yang mempesona mata, dan dengan cerita dan akting yang mengagumkan. Banyak nilai-nilai yang didapat. Dan sangat baik untuk dinikmati.


Philanthropy isn't tossing a bone to a hungry dog, it's sharing when you are just as hungry. ~ Nihal

1 komentar: