Minggu, 17 November 2013

SELAMAT BERPISAH


Akhirnya kita kembali kepada ujung
Kembali kepada ekor
Kembali kepada persimpangan jalan
Kepada jalan yang berbeda-beda
Dengan warna yang berbeda
Dengan texture yang berbeda
Terpaksa kita harus menggerakan bibir dan membantingkan lidah kepada rongga mulut
Mengucapkan selamat jalan kepada masing-masing
Terpaksa kita harus melambaikan tangan dan membiarkan mata menatap jauh
Merestui senyum masa silam,air mata masa lalu pergi jauh
Semuanya cepat melewati waktu, bagaikan kilat kita mengejar waktu
Semuanya cepat berubah, bagaikan megician kita mentransformasikan waktu menjadi kenangan
Pertemuan dengan persimpangan akan menjadi sebuah perpisahan, akan menjadi pemisah
Akan memisahkan kita menjadi aku-aku
aku-aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada kita
semuanya tentang kita hanya akan menjadi titik berwarna pada memori otak
yang akan lama aku-aku cari didalam tumpukan titik hitam pada otak
aku takut menghadapi itu, aku takut melupakan itu, aku takut tidak dapat menemukan warna itu
aku takut menjadi aku, aku ingin menjadi kita selamanya
Selamat berpisah untuk kita yang telah menjadi aku



PERLAWANAN





Suara Keras Prajurit Terluka
Memaki Sepetak Tanah Yang Melahirkannya
Tangan Kanan Dengan Pedang, Tangan Kiri Dengan Tameng
Dada Dengan Kitab Suci Diselubingi Jirah
Kepala Dengan Topi Baja, Kaki Dengan Menunggangi Kuda
Siap Menyerang Tanah Air
Tanah Yang Dulu Merah, Air Yang Dulu Jernih
Kini Menghitam, Dan Dijaga Binatang Melata
Prajurit-Prajurit Dengan Topi Yang Menutupi Mata,
Dengan Tangan Menjuntai Kebawah Terbebani Pedang
Dengan Baju Jirah Yang Tak Dapat Menutupi Tulang Iga
Siap Melawan
Mulut Mungil Ini Akan Mengaum Seperti Singa
Siap Menikam, Dengan Taring-Taring Lapar
Prajurit Berkuda Ini Siap Berlari Berburu Binatang-Binatang Buas
Siap Mengeluarkan Isi Perut Buncit
Biar Memerahkan Tanah
Biar Menjernihkan  Air
Biar Meleburkan Tank Baja
Membengkokan Moncong Senapan
Membakar Toga-Toga Yang Merubah Wajah
Merobek Kitab-Kitab Keserakahan
Hingga Bisa Aku Tidur Di Atas Tanah Merah

Hingga Bisa Aku Tenggelam Di Air Jernih

DIAM BERSUARA


Perjalanan bagiku adalah sebuah nasihat
Kulangkahkan kaki untuk menyelami tanah ini
Ku buka mata untuk ku lukis panorama indah ini
Ku rapatkan telinga pada tanah untuk bernyanyi nada pengusir lara ini
Ku genggam cahaya diatas kepalaku agar aku tertuntun menuju gelap ini, agar aku bisa hadapi gelap ini, agar terkubur bersama abdinya
Aliran darah, ku buat mengalir cepat, agar tidak ada ruang kosong, ruang hampa, ruang gelap di dalam partikel tubuhku
Sel saraf, ku buat menegang kokoh agar roboh dinding dinding di dalam kepala
Dan tulang sendiku yang akan terus bantu membantu membangun jembatan pemisah antara aku dan semua
Semua itu hanya untuk diamkan mulutku
Agar lidahku tidak meliuk-liuk menyentuh langit-langit rongga mulutku
Agar bibir ku tidak bebas melayang kedalam udara
Agar diam yang bersuara
Agar kaki meceritakan kabar tanah ini
Agar mata mendeskripsikan lukisannya
Agar telinga tetap bernyanyi keras
Agar tangan memberitahu tentang jalan cahaya
Agar darah berteriak lantang mengusir kekosongan
Agar saraf membunyikan semangat
Dan agar tulang sendiku mengajariku tentang memberi

Memberi hal hal yang kongkrit, bukan hanya suara

CLAUDIA



Putih Bagai Kosongnya Kertas
Menggoda Bagai Dahaga Bersua Air Dalam Gelas
Terbang Lincah  Melayang Bebas
Melihat Jauh Tanpa Batas
Menari-nari Genit Dengan Lepas
Tak Terbelenggu Kenangan Yang Buas
Tak Larut Diterpa Angin Deras
Menggapai Membentang Luas
Aku Ingin Bernafas Dengan Mu
Aku Ingin Menari Bersama Mu
Aku Ingin Tidur Di Pangkuanmu
Tanpa Mimpi, Mengalir Dengan Jelas
Aku Ingin Menyentuh Mu
Membenamkan Wajah Ku Di Tubuh Mu
Menyembunyikan Takut Ku Di Dekapan Mu
Menghindari Sergapan Musuh Yang Bias
Putih Mu Akan Selalu Melekat Pada Selaput Otak
Perkasa Mu Akan Selalu Menjadi Inspirasi Memori
Bersih Mu Akan Selalu Mengajarkan Pikiran Ku Berjalan
Dan Keberadaan Mu Akan Selalu Melengkungkan Senyum Di Dalam Kepala

Maafkan Aku Terlalu Banyak Memujimu
Maafkan Aku Telah Menjadi Bawah
Yang Merasa Dapat Merangkulmu Seakan-akan Kau Dekat
Yang Merasa Dapat Menjagamu Seakan-akan Aku Kuat
Kesedihanku Tak Dapat Membuat Kelabumu Menjadi Putih
Air Mataku Tak Dapat Merubah Gelapmu Kembali Putih
Penyesalanku Tak Dapat Menerangkan Mu
Teriakanku Tak Dapat Membuatmu Kembali
Selamat Tinggal Engkau Yang Dulu Putih
Selamat Jalan Engkau Yang dahulu Ceria, Yang Lincah Menghindar Sesendok Nasi Suapan Ibu
Yang Dulu Menggambar Tanpa Harus Mengerti Warna

Semoga Mitologi Naga Memakan Ekor Adalah Nyata