Sabtu, 10 Maret 2012

Antara Geulis Manglayang




Lama tak terdengar sunyi
Lama tak terlihat diam
Lama pula tak terasa dingin
Mereka terlalu lama terpasung bola-bola asap hitam

Ditengah harapan mereka menangis, kecewa, menderita
Aku adalah setampuk tanah harapan
Kamu adalah setampuk tanah harapan
Kita adalah setampuk tanah harapan yan hanya diam

Berpandang jauh kedepan, berjalan lurus mengejar ego
Tanpa melirik ke kanan kiri
Tanpa menyapa panas, tanpa menegur kebisingan
Dan sama sekali tidak menanyakan kabar pada penderitaan

Setampuk tanah harapan menutup mulut denan tangan sembari terawa dalam dekapan
Menutup mata tertidur diselimuti keganjilan-keganjilan yang menjadi genap dengan panas yang mendidih ubun ubun
Menutup hidung sambil makan steak steak mahal ditengah bangkai bangkai tubuh terpangang air mata
Dan memborgol tangan kaki dengan gelang permata dengan tangan keriput peminta minta

Mereka yang manancapkan pohon-pohon di paru-paruku
Mereka yang melukis disenyumku
Mewarnai bayang bayang di kepalaku
Dan menanam selang oksien disetiap pori-poriku


Demi melidungiku dari marah matahari
Demi meninabobokan ku dari panasnya
Demi membelaku dari murka bumi
Demi menegakan badanku untuk berjalan kesekolah

Setampuk tanah harapan menjadi kosong akan harapan
Aku adalah setampuk tanah harapan
Kamu adalah setampuk tanah harapan
Kita setampuk tanah harapan yang membakar harapan harapan

Membuat gaduh kesunyian
Membuat panas rasa dingin
Sunyi hilang kebisingan datang hingga tak menyisakan sejengkal pun kesuyian
Dingin lenyap hingga panas mendekat menempel erat disetiap partikel melayang layang diudara

Setampuk tanah harapan yang gersang berceloteh tentang kesuburan yang menjadi gersang
Berceloteh terus menerus membasahi tanah gersang dengan ludah ludah penuh minyak sisa ayam goreng yang baru saja dimakan
Tak memberi kesuburan
Berfikir, berceloteh, lalu berjalan mengejar ego, lalu membasahi gersang

Geulis Manglayang yang menjadi kurus tak putus-putus merintih dan menjerit
Terlilit kabel-kabel listrik
Kabel internet yang dipakai menonton video-video porno untuk beronani
Memuaskan diri diapit dua bukit berpenyakit

Geulis tidak lagi segeulis wanita cantik
Seperti didalam film porno yang sering ditonton
Manglayang tak lagi dapat melayang terlilit kabel membelit
Menjerit terjepit bangunan pemberi harapan

Terbaring sakit,
Oksigen dipakai beronani diantrara dua bukit berpenyakit
Tak menyisakan sedikit pada penyakit yang menjerit

Dua bukit berpenyakit berharap meminta harapan yang mati
Dari setampuk tanah harapan yang terisi otak yang berceloteh dan berjalan menejar ego
Harapan.
Sunyi dan sepi
Dingin dan hening
Berdiri dan berlari
Peduli dan empati
Hilang dan lenyap
Terkubur damai, rata tanpa ego, bersahabat kosong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar