Sabtu, 10 Maret 2012

Pesan Untuk Pohon Tua





Pohon besar dan tua yang  di pinggirkan kota
Berapa umur kamu? Apakah kamu berumur 100 tahun?
Aku mempunyai banyak pertanyaan untuk mu?melebihi umurmu yang 100 tahun
Apakah dahulu, seratus tahun yang lalu dunia terasa labih baik dibanding sekarang?
Bagaimana dunia pada 100 tahun yang lalu?                                      
Banyakah yang kelaparan seperti yang aku dan saudaraku rasakan saat ini?
Adakah orang dermawan yang memberi makan ke kaum yang lapar?
Atau saling pedulikah dunia saat itu?
Sering berjabat tangan dan menyapakah dunia saat itu? Yang saat ini sudah jarang aku lihat
Banyakah yang tersenyum dunia kala itu?
Sekarang  dunia lebih banyak menangis melihat saudara saudaramu menangis di kebiri gergaji bengis
Lebih sering bernyanyi ataukah menjerit dunia kala itu?
Bagaimana rupa para anak anak 100 tahun yang lalu?
Saat ini rupa anak anak penuh dengan kemurungan penuh tanda tanya akan masa depannya yang telah di renggut paksa oleh orang orang tua yang menjadi tua karena keserakahannya
Dan bagaimana tentang langit pada tahun itu, berwarna birukah?
Lebih biru mana langit kala itu dengan langit hitam yang ku lihat sekarang?
Seberapa indah matahari tenggelam di waktu itu? Saat ini dia terlalu angkuh dan enggan menunjukan hiburan gratis untk kaum ku
Marah kah matahari kala itu? aku rasa matahari sekarang  sedang sangat marah
Dia telah mengahanguskan kulit tubuhku
Apakah kamu mendengarkan pertanyaan ku? Tapi kenapa kamu hanya terdiam?
Apa karena suaramu sudah diambil saat pemilihan umum, seperti yang kurasakan kini.
Aku sudah tidak bisa bersuara lagi untuk menjawab segala
Ketika pemilihan umum mendatangi kampungku dan mencuri suara suara warga kampungku secara paksa.
Aku sangat sedih sekali,
Apakah kamu sedih juga seperti yang kurasakan?
Pohon besar dan tua yang dipinggirkan kota
Saat ini dunia terlalu bau, terlalu banyak tinja dimana mana
Muntahkah kamu menciumnya?
Apakah kamu senang dengan dunia saat ini?
Aku tidak senang, aku tidak senang dengan ketidakpedulian
Aku tidak senang dengan keserakahan, aku tidak senang dengan kerusakan
Aku tidak senang dengan suara tangisan yang setiap saat aku dengar
Aku tidak senang dengan ketdak adilan, bahkan aku tidak senang dengan diriku sendiri yang hidup di saat ini
Dan pokoknya aku tidak senang dengan apa yang dikenankan oleh dunia saat ini
Dunia terlalu silau dengan perhiasan mahal yang ia kenakannya
Semua nya serba  terang, tak ada tempat untuk kegelapan di saat ini, terang telah membunuh saudara mu yang nocturnal saudara mu yang yang marginal
Jika kamu sedih mendengarnya, tak usah kau merasa sendiri, karena aku pun turut sedih mendengarnya
Saudara mu adalah saudaraku juga, aku adalah kamu juga
Darah kita sama, darah yang sama sama bergolongan D
Yah D untuk DENDAM
Cahaya ada dimana mana, di pagi hari maupun di malam hari
Tetapi semua cahaya itu tidak bisa menerangi pikiran dan hati orang orang yang hidup di dunia ini
Terlalu gelap dan pekat. Cahaya hanya meyilaukan mata, membuat orang orang buta tak bisa melihat
Tersesaki warna warna dan lambang lambang yang tak seragam
Oranye...Hitam....Merah....Kuning...
Putih....Biru.....Hijau.....Merah
Biru....Hijau...Kerbau...Burung
Gedung segiempat ....Bumi....Beringin...Cross
Daun...Kerbau...Kapas....Bintang
Padi...Rantai....Bintang....Burung
Segitiga...dan Gedung segiempat...dan Payung...
Dan Segitiga.....
Apakah kamu bosan hidup lama hanya dengan kesendirian?
Bukankah seharusnya kamu mempunyai teman?
Aku pernah mendengar kisah fable tentang burung Garuda yang menjaga stabilitas dunia,
Ibuku selalu menceritakannya ketika aku akan tidur
Kemana kah dia saat ini? Apakah kamu pernah melihat dia, dan apakah dia pernah menemanimu untuk mengusir kebosanan menggrogoti ranting rantingmu.
Atau kah dia hanya sebuah mitos saja, yang ada hanya pada cerita pengantar tidur ku agar aku memimpikan masa depan yang indah
Tapi sekarang cerita tidurku sudah berganti tentang cerita slogan slogan palsu warna-warna dan lambang lambang yang tak seragam yang menyesaki setiap ruang yang ada yang tak sedikitpun menyisakan ruang untuk kegelapan...
Aku menjadi merindukan kegelapan, kegelapan melindungiku untuk tetap terhindar dari warna yang menyilaukan mata yang membuat mataku tak berfungsi untuk selamanya dalam melihat kejujuran
Aku buta permanen dalam melihat kejujuran
Aku sudah muak selalu melihat warna yang tak seragam yang membuat pusing kepala
Aku sudah bosan tidur dengan selimut slogan slogan palsu warna-warna dan lambang-lambang yang tak seragam
Maka tolong aku pohon besar dan tua yang dipinggirkan kota
Jangan biarkan aku tertidur, jangan biarkan akau terlena di atas mimpi indah bersama bidadari tanpa busana yang mengajaku ke dalam surga
Nyatanya itu hanya mimpi, mimpi yang bukan nyata
Aku bosan dengan mimpi yang selalu sama seperti itu
Aku takut menjadi gila wahai pohon besar dan tua yang dipinggirkan kota
Aku sudah tidak mau bermimpi lagi, aku ingin bermain dengan kenyataan
Aku ingin melihat harapan seperti aku melihat secercah kegelapan yang berada di kaki-kakimu
Bayanganmu menciptakan kegelapan, dan kegelapan menumbuhkan harap untuk berjuang melawan waena-warna dan lambang lambang yang tak seragam yang penuh memenuhi setiap ruang yang ada yang tak sedikitpun menyisakan ruang untuk kegelapan, menyisakan ruang untuk harapan.


                                               



Tidak ada komentar:

Posting Komentar