Pohon besar dan tua yang di pinggirkan kota
Berapa umur kamu? Apakah
kamu berumur 100 tahun?
Aku mempunyai banyak
pertanyaan untuk mu?melebihi umurmu yang 100 tahun
Apakah dahulu, seratus
tahun yang lalu dunia terasa labih baik dibanding sekarang?
Bagaimana dunia pada 100
tahun yang lalu?
Banyakah yang kelaparan
seperti yang aku dan saudaraku rasakan saat ini?
Adakah orang dermawan
yang memberi makan ke kaum yang lapar?
Atau saling pedulikah
dunia saat itu?
Sering berjabat tangan
dan menyapakah dunia saat itu? Yang saat ini sudah jarang aku lihat
Banyakah yang tersenyum
dunia kala itu?
Sekarang dunia lebih banyak menangis melihat saudara
saudaramu menangis di kebiri gergaji bengis
Lebih sering bernyanyi ataukah
menjerit dunia kala itu?
Bagaimana rupa para anak
anak 100 tahun yang lalu?
Saat ini rupa anak anak
penuh dengan kemurungan penuh tanda tanya akan masa depannya yang telah di
renggut paksa oleh orang orang tua yang menjadi tua karena keserakahannya
Dan bagaimana tentang langit
pada tahun itu, berwarna birukah?
Lebih biru mana langit
kala itu dengan langit hitam yang ku lihat sekarang?
Seberapa indah matahari
tenggelam di waktu itu? Saat ini dia terlalu angkuh dan enggan menunjukan
hiburan gratis untk kaum ku
Marah kah matahari kala
itu? aku rasa matahari sekarang sedang
sangat marah
Dia telah mengahanguskan
kulit tubuhku
Apakah kamu mendengarkan
pertanyaan ku? Tapi kenapa kamu hanya terdiam?
Apa karena suaramu sudah
diambil saat pemilihan umum, seperti yang kurasakan kini.
Aku sudah tidak bisa
bersuara lagi untuk menjawab segala
Ketika pemilihan umum
mendatangi kampungku dan mencuri suara suara warga kampungku secara paksa.
Aku sangat sedih sekali,
Apakah kamu sedih juga
seperti yang kurasakan?
Pohon besar dan tua yang dipinggirkan
kota
Saat ini dunia terlalu
bau, terlalu banyak tinja dimana mana
Muntahkah kamu
menciumnya?
Apakah kamu senang dengan
dunia saat ini?
Aku tidak senang, aku
tidak senang dengan ketidakpedulian
Aku tidak senang dengan
keserakahan, aku tidak senang dengan kerusakan
Aku tidak senang dengan suara
tangisan yang setiap saat aku dengar
Aku tidak senang dengan
ketdak adilan, bahkan aku tidak senang dengan diriku sendiri yang hidup di saat
ini
Dan pokoknya aku tidak
senang dengan apa yang dikenankan oleh dunia saat ini
Dunia terlalu silau
dengan perhiasan mahal yang ia kenakannya
Semua nya serba terang, tak ada tempat untuk kegelapan di
saat ini, terang telah membunuh saudara mu yang nocturnal saudara mu yang yang
marginal
Jika kamu sedih
mendengarnya, tak usah kau merasa sendiri, karena aku pun turut sedih
mendengarnya
Saudara mu adalah
saudaraku juga, aku adalah kamu juga
Darah kita sama, darah
yang sama sama bergolongan D
Yah D untuk DENDAM
Cahaya ada dimana mana,
di pagi hari maupun di malam hari
Tetapi semua cahaya itu
tidak bisa menerangi pikiran dan hati orang orang yang hidup di dunia ini
Terlalu gelap dan pekat.
Cahaya hanya meyilaukan mata, membuat orang orang buta tak bisa melihat
Tersesaki warna warna dan
lambang lambang yang tak seragam
Oranye...Hitam....Merah....Kuning...
Putih....Biru.....Hijau.....Merah
Biru....Hijau...Kerbau...Burung
Gedung segiempat
....Bumi....Beringin...Cross
Daun...Kerbau...Kapas....Bintang
Padi...Rantai....Bintang....Burung
Segitiga...dan Gedung
segiempat...dan Payung...
Dan Segitiga.....
Apakah kamu bosan hidup
lama hanya dengan kesendirian?
Bukankah seharusnya kamu
mempunyai teman?
Aku pernah mendengar
kisah fable tentang burung Garuda yang menjaga stabilitas dunia,
Ibuku selalu
menceritakannya ketika aku akan tidur
Kemana kah dia saat ini?
Apakah kamu pernah melihat dia, dan apakah dia pernah menemanimu untuk mengusir
kebosanan menggrogoti ranting rantingmu.
Atau kah dia hanya sebuah
mitos saja, yang ada hanya pada cerita pengantar tidur ku agar aku memimpikan masa
depan yang indah
Tapi sekarang cerita
tidurku sudah berganti tentang cerita slogan slogan palsu warna-warna dan
lambang lambang yang tak seragam yang menyesaki setiap ruang yang ada yang tak
sedikitpun menyisakan ruang untuk kegelapan...
Aku menjadi merindukan
kegelapan, kegelapan melindungiku untuk tetap terhindar dari warna yang
menyilaukan mata yang membuat mataku tak berfungsi untuk selamanya dalam
melihat kejujuran
Aku buta permanen dalam
melihat kejujuran
Aku sudah muak selalu
melihat warna yang tak seragam yang membuat pusing kepala
Aku sudah bosan tidur
dengan selimut slogan slogan palsu warna-warna dan lambang-lambang yang tak
seragam
Maka tolong aku pohon
besar dan tua yang dipinggirkan kota
Jangan biarkan aku
tertidur, jangan biarkan akau terlena di atas mimpi indah bersama bidadari
tanpa busana yang mengajaku ke dalam surga
Nyatanya itu hanya mimpi,
mimpi yang bukan nyata
Aku bosan dengan mimpi
yang selalu sama seperti itu
Aku takut menjadi gila
wahai pohon besar dan tua yang dipinggirkan kota
Aku sudah tidak mau
bermimpi lagi, aku ingin bermain dengan kenyataan
Aku ingin melihat harapan
seperti aku melihat secercah kegelapan yang berada di kaki-kakimu
Bayanganmu menciptakan
kegelapan, dan kegelapan menumbuhkan harap untuk berjuang melawan waena-warna
dan lambang lambang yang tak seragam yang penuh memenuhi setiap ruang yang ada
yang tak sedikitpun menyisakan ruang untuk kegelapan, menyisakan ruang untuk
harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar